Rubrik : Budaya
Pesona Dibalik Kokohnya Dinding BKB
• Berwisata murah tetap menyenagkan
• Ada yang terlewatkan oleh sejarah
Nongkrong bareng keluarga atau teman sambil menikmati pemandangan sungai musi dari pelataran plaza Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang menjadi liburan murah sekaligus menyenangkan terutama pada pagi, sore juga malam hari karena pada waktu itu keindahan panorama sungai musi terlihat.
BKB menjadi salah satu pilihan warga untuk sekedar nongkrong dan rekreasi sambil menantikan penorama sunrise maupun menikmati indahnya Sunset palembang.
pelataran BKB dahulunya dikenal sebagai lokasi pasar buah yang kumuh oleh Walikota Ir Eddy Santana Putra MT BKB disulap menjadi tempat wisata andalan Kota Palembang. Di tempat itu juga sering digelar kegiatan-kegiatan akbar seperti konser musik bertaraf nasional maupun internasional. Sejak dipugar menjadi Plaza, BKB telah terkenal hingga ke manca negara.
Dibalik Sejarah Yang tercatat ada Sebagian yang terlewatkan Budayawan Habib Zen Muhsin (83) tokoh masyarakat 10 Ilir mengatakan dari sejarah yang tercatat ada banyak yang terlewatkan,Pada masa Kesultanan Mahmud Badarudin I pada tahun 1819 Belanda yang di pimpin komisaris Laksamana Wolter beek dua kali mencoba merebut kraton Palembang namun berhasil di pukul mundur dan pada tanggal 20 juni 1821 belanda dengan dendamnya kembali menyerang kali ini dengan kekuatan penuh dan dipimpin langsung oleh Jenderal Markus Barin de Kock dengan 400 meriam dan 47 kapal perangnya kembali menyerang keraton kemudian belanda berhasil menduduki kraton tiga benteng kokoh dikuasai belanda,Beteng Kuto Besak, Benteng Kuto Gawang –sekarang Kantor dinas Pariwisata Kota palembang, dan Benten kuto batu., Sementara Sultan Mahmud Badaruddin II di asingkan Belanda di Ternate.
Sejarah Benteng Kuto Besak (BKB) dibangun pada tahun (1780-1797 M) oleh Sultan Muhammad Bahauddin dengan luas Dinding benteng Kuto Besak sepanjang 288,75 meter dan lebar 183,75 meter serta tinggi 9,99 meter (30 kaki) dan tebal 1,99 meter (6 kaki) membentang kokoh meskipun bangunan ini telah berusia ratusan tahun karena konon bangunan ini dibangun menggunakan bahan semen, batu batuan, batu, sebagai bahan penguat tambahan, digunakan pula putih telur.
Dahulunya BKB dibangun di atas pulau yang dikelilingi empat sungai yaitu sungai Musi, sungai Tengkuruk, sungai Kapuran, dan sungai sekanak. Namun sungai yang tersisah tinggal sungai musi saja sementara ketiga sungai lainnya Sungai Tengkuruk, sungai Kapuran(red-kini Jalan Merdeka) dan sungai sekanak telah menjadi jalan yang ditimbun belanda sekitar tahun 1930-an.
Di samping BKB terdapat Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II. Dan sebuah benteng lainnya dan terdapat monjong dua meriam kearah sungai kini telah diubah menjadi museum dan kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang ini juga menjadi salah satu objek wisata andalan. Bangunan gedung yang unik dan memiliki karakteristik merupakan ciri khasnya.(Yulianto/Dahsyat)
Budayawan
Habib Zen Muhsin
Palembang 15 Juli 1927
10 Ilir
“Ada banyak sejarah yang terlewatkan pada masa Kesultanan Mahmud Badarudin II , bukan saja yang terjadi pada sejarah BKB juga pada sejarah Pulau Kemaro pun ada banyak yang terlewatkan, dan seharusnya Palembang memiliki Patung beliau-red Sultan Mahmud Badarudin II Sebagai Toko Pahlawan yang Tidak dapat dilepaskan Sejarah Palembang dari perju
Tidak ada komentar:
Posting Komentar