MITRA BISNIS PASANG IKLAN DAN BERLANGGANAN MAJALAH DAHSYAT PEMERINTAH KOTA PALEMBANG

PASANG IKLAN, SEREMONIAL DAN UCAPAN DI MAJALAH DAHSYAT !!!!, Satu halaman full color = 3juta,- 1/2 Hal full color = 1,5 Juta,- 1/4 HAL full color Rp 750.000,- . HUB: 085273839566.

Kamis, 23 September 2010

Kakek Safrin dan Nenek Fatimah KERJA KERAS WALAU DIUSIA TUA

Rubrik:Kata Hati


• Tukang “Buruan “


Tubuh rentah kakek Safrin(79) dan nenek Fatimah(65) masih harus jalan hingga berkilo kilo meter menyusuri jalanan di Kota Palembang untuk mencari barang bekas yang dapat mereka jual, Dari satu bak sampah ke bak sampah lainya, Belum lagi mereka harus memikul karung bawaan berisikan barang bekas yang berhasil dikumpulkan seperti Plastik, Besi, Kardus dan lainya.
Demi menyambung Hidup aktivitas ini harus mereka jalani setiap harinya dari pukul 06.00 pagi hingga matahari terik , Dari sini penghasilan Kakek Safri dan Nenek Fatimah hanya mendapatkan penghasilan Rp.5000-Rp1000 perharinya tidak sebanding dengan kebutuhan hidup yang harus mereka keluarkan, Meskipun demikian mereka tetap tabah menjalaninya dan berusaha untuk terus berjalan meskipun sesekali mereka terpaksa menghentikan langkah kakinya untuk beristirahat sejenak melepas lelah dengan duduk dipinggiran jalan kota, mengingat usia mereka yang tidak mudah lagi nafas mereka sesekali terdengar sesak akibat keletihan yang mendera.
Wartawan Majalah Dahsyat Yulianto mencoba untuk mengajak mereka berbincang bincang dan menyempatkan diri berkunjung kegubuk reot yang mereka sebut rumah mereka yang berada di Jalan Let Simanjuntak No 13334 Pahlawan Kecamatan Kemuning Palembang, Digubuk berlantaikan tanah dan hanya diterangi oleh dua buah lampu minyak tanah Pasangan Lansia ini tinggal bersama satu dari ketiga putranya yang bernama Arsan, Arsan sendiri memiliki profesi yang sama seperti yang dijalani kedua orang tuanya.
“Dulu begawe jadi tukan nyadap karet upahan tapi sekarang dak kuat lagi buat begawe mudah mengas, jadi nyari burukan, Kalu dapet banyak dag jauh jalannyo tapi kalu dapet dikit tepakso nyari sampe RS SitiKholijah sano”Kata Safri sedikit terbatuk batuk.
“Dirumah ini tinggal betigo be dengan anak nomor duo, kalu yang laennyo lah kawen galo sudah ado Enam Cucung dari keduonyo, tapi kehidupan mereka jugo susah jadi Cuma pacak bantu bantu sini dikit, yo mainilah nak rumah nenek samo kakek ne, kalu hujan banjir, kalu malem banyak nyamuk tepakso pake kelambu tidoknyo mano katek listrik soalnyo dak katek duet nak bayar listrik”Tambah Nek Fatimah melanjutkan perkataan suaminya.
Dirumah berdindingkan kayu yang hampir roboh, belum lagi jika hujan datang rumah merekapun terendam air hingga setinggi 30 cm bahkan lebih sungguh keadaan yang sangat memprihatinkan, belum lagi soal penerangan dua buah lampu minyak tanah menjadi penerangan rumah mereka dibalik kesusahannya namun kita masih dapat melihat senyum diwajah mereka.
Dari kisah kakek Safri dan Nek Fatimah ada pelajaran berharga yang dapat kita petik dari kesederhanaannya kakek Safrin dan Nenek Fatimah yang menjalani hidup ini dengan begitu sabar dan tetap berusaha tanpa mengenal kata putus asa (Yulianto/Dahsyat)

Jumat, 17 September 2010

Segenap Crew Majalah Dahsyat Turut Bela Sungkawa Atas Meninggalnya Wartawan Harian Sriwijaya Post Arsep Pajario

Majalah Dahsyat Palembang -Berita PenyebabTewasnya Kematian Wartawan Senior harian Sriwijaya Post Arsep Pajario Masih simpang siur belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian mengenai penyebab kematiannya, Berbagai media Menyebutkan Kematian Arsep Pajario disebabkan dibunuh dan sebagian lagi meyebutkan akibat bunuh diri Wartawan Sriwijaya Post Arsep Pajario (40) di temukan tewas di rumahnya, Komplek Citra Dago Blok D No 9, Jalan S Suparman, Sukajaya, Sukarami, Palembang, Jumat 17 September 2010. Seperti dilansir Sriwijaya Post, Arsep ditemukan, Jumat pukul 14.00 dengan kondisi membusuk. Kemungkinan dia dibunuh tiga hari lalu.begitu juga dikabarkan detiknews Jenazah Arsep ditemukan pertama kali oleh keponakannya, Mahar Diko SH, pada posisi terlentang, mengenakan baju kaos putih bermotif, dan celana jins biru. Tubuhnya membengkak. Di dekatnya ada racun nyamuk, sementara Tubuhnya membengkak. Di dekatnya ada racun nyamuk semprot. Dugaan awal bunuh diri, tapi setelah diperiksa polisi laptop, ponsel, dan dompetnya ikut raib. Pintu, jendela, dan atap tidak rusak sementara kunci rumah raib. Petugas forensik menyebut korban paling tidak meninggal tiga hari lalu (Rabu, 16/9/2010). "Hasil otopsi yang kami ketahui malam ini, limpahnya pecah akibat cairan. Kemungkinan diracuni," kata Wenny.
Sosok arsep Pajario dikenal dikalangan Pers sebagai sosok yang ramah, supel dan ceria tidak terlihat memiliki masalah yang serius dalam pribadinya, ini menguatkan dugaan penyebab kematian Kak Asep (nama yang biasa dipanggil oleh rekan rekan seprofesinya ) akibat dibunuh dari penuturan teman teman pers bahwa arsep satu hari sebelum ditemukan masih bisa membalas SMS padahal Pihak kepolisian memastikan korban telah tewas lebih dari dua hari ini membuktikan sipembunuh memiliki darah dinggin dengan begitu santainya untuk menjawab SMS dari telpon genggam milik korban
Sementara Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) mendesak polisi untuk segera mengungkap kasus tewasnya wartawan Sriwijaya Post Arsep Pajario. AJI meminta agar kasus Arsep diusut secara transparan.

"Kita mengecam aksi apapun yang menyebabkan tewasnya wartawan dengan cara tak wajar. Polisi harus segera menangkap dan mengungkap kasus ini," kata Ketua AJI Nezar Patria kepada detikcom, Jumat (18/9/2010) malam.(Majalah Dahsyat/ Berbagai Sumber)